Selasa, 18 Maret 2014

Kelucuan Ahlul Bid'ah dalam Berargumentasi

Sering kita dapati kala saudara kita
berbagi pengetahuan baik di FB,
Blog, maupun lainnya tentang
amalan2 bid'ah semisal Maulid Nabi,
maka ada saja dari kalangan pembela
bid'ah yang mencoba untuk
menyanggahnya dengan argumen2
yang sangat jauh dari ilmiyah.
Misal, dan ini cukup sering kita
temui, yakni berkomentar dalam
rangka pembenaran Maulid dengan
menampilkan kisah orang yang tiba-
tiba kakinya lumpuh karena tidak
mau berdiri saat pembacaan
sholawat Nabi dalam acara Maulidan.

( smile smile Sebentar sebentar, saya
ketawa dulu.. smile smile )

Ok, kita akan menanggapi kisah tsb,
walaupun kisah ini sebenernya
sangat sangat lemah untuk bisa
dikatakan sebagai argumen :

1. Kisah palsu tersebut disampaikan
oleh Syaikh Shufi Alwi Al-Malikiy.
Dan, kita para Ahlussunnah insyaa
Allaah sudah ma'ruf, siapa tokoh
yang satu ini. Seorang Syaikh Shufi
yang aqidahnya banyak menyimpang,
hidupnya dipenuhi khurafat serta
syubhat yang tak berujung pangkal.
Sehingga riwayat ini bisa jadi
hanyalah igauan dia untuk menipu
umat manusia.

2. Taruhlah, sekali lagi taruhlah,
bahwa riwayat ini shahih, maka
tidaklah serta merta menjadi dalil
legitimasi (pembenaran) atas
bid'ahnya perayaan Maulid Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam. Sebab,
dalil Islam adalah Al-Qur'an dan As-
Sunnah dengan pemahaman Salaful
Ummah. Bukan "qiila wa
qoola" (katanya-katanya). Bukan
hasil mimpi, rekaan imajinasi, apalagi
khurafat yang sama sekali tidak
ilmiah, bahkan mengarah pada
perusakan aqidah dan tauhid.

3. Para generasi terbaik umat ini,
mulai dari Shahabat, Tabi'in, Tabi'ut
Tabi'in, hingga para Ulama yang
mengikuti jejak mereka, tak ada
satupun yang merayakan Maulid
Nabi. Toh keadaan mereka baik-baik
saja. Tidak mengalami kejadian ganjil
ini dan itu.

4. Taruhlah kisah si orang lumpuh itu
benar, maka itu semua kita yakini
sebagai bentuk perbuatan jahat
syaithon untuk mencelakakan
manusia (dengan seizin Allah), agar
dengan kejadian itu syaithon bisa
semakin menyesatkan manusia
karena mereka kemudian semakin
yakin akan "kebenaran" Maulid, dan
merasa amat takut akan "kuwalat"
jika tidak ikut merayakan Maulid.

5. Itu semua menunjukkan bahwa,
memang begitulah kebiasaan dan
tradisi kaum awam tersebut dalam
beragama; yakni tidak terbiasa
bersikap ilmiah, ini ayatnya ini
haditsnya. Tapi dalil mereka dalam
membangun agama seringnya adalah
kisah-kisah khurafat, takhayul, serta
mimpi-mimpi yang disebar luaskan
oleh tokoh-tokoh, kyai, serta syaikh-
syaikh mereka, yang notabene sangat
dikultuskan dan diiyakan saja segala
ucapan dan perbuatannya.

Adapun kita Ahlussunnah, yang
berpegang dengan Manhaj Salaf,
alhamdulillah, kita selalu merasa
cukup dengan Kitabullah dan hadits
Nabi, atsar para Salaf yang sholih,
serta bimbingan para Ulama yang
teruji dengan ilmu, amal, iman, dan
ketaqwaan. Walhamdulillaah.

[Taken and edited from Ust Ammi]

0 komentar

Posting Komentar