Jumat, 28 Februari 2014

KISAH NABI MUHAMMAD

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah penutup para nabi, penghulu para rasul serta seorang nabi yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum mukminin. 

Perlu diketahui, bahwa biografi Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallammerupakan pertolongan yang sangat besar untuk mengetahui tafsiran kitab Allah (Al-Qur’an), dan Al-Qur’an diturunkan mengiringi kesesuaian biografinya, ajaran yang disabdakannya kepada mahluk, jawaban yang disampaikan kepadanya, petunjuk yang menunjukan kebenaran yang hakiki yang dibawanya serta membatalkan pandangan-pandangan yang bathil. Itulah hikmah diturunkannya Al-Qur’an, sebagaimana ditegaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya,yang artinya, “…. demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqan: 32-33). Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120). 

Kami akan memaparkan biografi Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallamberdasarkan: 

- Kondisi-kondisi yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat tertentu. 

- Atau salah satu jenis ilmu dari ilmu-ilmu Al-Qur’an yang membantu pemaparan hal tersebut. 

Sikap pertama yang ditunjukan oleh Nabi Shallallohu 'Alaihi Wasallam berkenaan dengan diturunkannya Al-Qur’an kepadanya. Tindakan pertama yang ditunjukkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkenaan dengan diturunkannya Al-Qur’an kepadanya adalah kemuliaan sebelum kerasulan, dimana ketika itu beliau menolak beribadah kepada berhala-berhala dan membenci seluruh perkataan kotor dan perbuatan jahat. Allah telah menciptakan fitrah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagai fitrah yang dipersiapkan untuk menerima kebenaran; baik yang berbentuk pengetahuan maupun perbuatan. Allah telah membersihkan, mensucikan dan menyempurnakan hati beliau, sehingga beliau memiliki semangat yang besar untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, lalu beliau pergi ke gua Hira selama beberapa hari dan membawa bekal makanan yang dimakan bersama orang-orang miskin dan bertahannuts (beribadah) selama beberapa malam di dalamnya, dimana hatinya senantiasa bergantung dan tertuju kepada Rabbnya serta melaksanakan sejumlah ibadah berdasarkan pengetahuannya ketika itu yang dikenal dengan zaman Jahiliyah (kebodohan) yang kosong dari ilmu. Selain itu, beliau selalu berbuat baik kepada mahluk. 

Setelah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam genap berusia 40 tahun, akalnya telah sempurna dan dipandang pantas memikul kerasulan yang sangat agung yang Allah pikulkan kepada salah seorang dari mahluk-Nya. Ketika itu Jibril 'alaihissalammenampakkan dirinya dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melihatnya dengan diliputi perasaan takut dan cemas, karena sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak pernah memperlihatkan kepadanya sebuah pemandangan yang seperti itu, melainkan Allah hanya memperlihatkan kepadanya pemandangan yang tidak dilihatnya kecuali seperti fajar di waktu Subuh. 

Adapun ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan Allah Ta’ala kepada beliau adalah:“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan.” (Al-‘Alaq: 1). Jibril'alaihissalam mendatanginya serta menyampaikan ayat itu, seraya berkata kepadanya, “Bacalah.” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberitahukan kepada Jibril 'alaihissalambahwa beliau tidak dapat membaca –yakni tidak mengetahui cara membaca-, sebagaimana Allah Ta’ala menjelaskannya di dalam firman-Nya,artinya, “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.” (Adh-Dhuha: 7). 

Tafsiran ayat tersebut terdapat dalam ayat lain yaitu:(artinya) “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur'an) dengan perintah Kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syura: 52). Jibril'alaihissalam memperdengarkannya kepadanya sebanyak dua atau tiga kali untuk mempersiapkannya menerima Al-Qur’an dan membersihkan hatinya, niatnya, lahir dan bathinnya, kemudian turunlah kepadanya surat itu (Al-‘Alaq) yang di dalamnya menyatakan tentang kenabiannya, dan Jibril 'alaihissalam memerintahkan kepadanya supaya membaca dengan menyebut nama Rabbnya. 

Dalam surat tersebut terkandung sejumlah ni’mat bagi manusia yaitu mengajarinya kepandaian yang bersifat ilmiah, kepandaian berbicara dan kepandaian menulis. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam datang kepada Khadijah radhiyallahu 'anhadalam keadaan menggigil dan ketakutan seraya beliau menceritakan kepadanya pemandangan yang dilihatnya serta kejadian yang dialaminya. Khadijah radhiyallahu 'anha berkata kepadanya, “Demi Allah, berbahagialah, bahwa Allah tidak akan menghinakanmu untuk selamanya, karena engkau adalah orang yang selalu memelihara tali hubungan keluarga, menolong orang yang lemah, memikul beban penderitaan orang yang susah, mengusahakan kebutuhan orang fakir dan menolong orang yang ditimpa musibah dalam membela dan memperjuangkan kebenaran.” 

Yakni, barangsiapa yang memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam , niscaya sifat-sifat itu dapat menyebabkan turunnya sejumlah ni’mat yang besar dari Allah. Hal itu adalah pertolongan dari Allah kepada Khadijahradhiyallahu 'anha dan Nabi-Nya untuk menghilangkan kecemasan serta ketakutan yang menimpanya. 

Dengan turunnya surat tersebut, maka dimulailah babak kenabian beliau, kemudian terjadi masa jeda turunnya wahyu beberapa saat untuk menimbulkan kerinduan padanya serta dipandang sebagai suatu peristiwa yang besar di hadapannya. Kemudian beliau melihat Jibril 'alaihissalam dalam wujudnya yang asli yang menimbulkan ketakutan padanya, sehingga beliau datang kembali ke Khadijah radhiyallahu 'anhadalam keadaan gemetar dan menggigil, seraya bersabda, “Selimutilah aku, selimutilah aku”, lalu Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepadanya: “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.”(Al-Mudatstsir: 5). 

Dalam surat tersebut, Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallamsupaya menyeru manusia serta memberi peringatan kepada mereka. Kemudian beliau mempersiapkan diri untuk menunaikan tugasnya itu dan meneguhkan hatinya untuk berdakwah menyeru manusia supaya beribadah kepada Rabbnya dan menempuh jalan-Nya. Allah Ta’ala mengetahui bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam akan mampu menunaikan tugasnya itu baik kepada orang yang jauh maupun orang yang dekat dan beliau akan mampu menghadapi sejumlah rintangan dan penderitaan yang akan diperbuat kaumnya dan kaum-kaum selain mereka. Tetapi Allah Ta’ala menguatkannya, meneguhkan niatnya dan mengokohkannya dengan rahmat-Nya dan agama yang dibawanya. Selanjutnya turunlah surat Adh-Dhuha pada masa jeda turun wahyu; ketika para pendusta berkata, “Sesungguhnya Tuhan Muhammad telah membencinya.” Allah Subhanahu wa Ta'ala membantah perkataan mereka, seraya berfirman, “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Rabbmu tiada meninggikan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” (Adh-Dhuha: 1-3). 

Hal tersebut merupakan perhatian yang besar dari Allah kepada rasul-Nya, penafian terhadap segala kekurangan dan kabar gembira bahwa seluruh keadaan baginya niscaya lebih baik daripada keadaan sebelumnya dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala niscaya akan memberinya pertolongan, penyertaan, kemuliaan yang besar dan tersebarnya agama yang diridhai-Nya. 

Sumber:http://alsofwah.or.id/

0 komentar

Posting Komentar